Sedemikiannya dicanangkan berbagai program dalam pendidikan namun belum mampu secara garis besar menyelesaikan masalah nyata dalam kehidupan yang lebih baik.
Kita tahu bahwa belajar itu untuk hidup, tapi mengapa masih mengharapkan bahwa di sekolah tempat belajar tuntas?
Misal contoh sederhana di sekolah kita belajarkan siswa memilah sampah organik dan anorganik tapi di rumah bagaimana?
Disekolah kita belajarkan mengucapkan salam Om Swastiastu tapi di rumah bagaimana?
Di sekolah kita belajarkan pakai helm ketika bekendara ke jalan raya tapi kenyataannya bagaimana?
Itu baru hal-hal sederhana belum yang lain yang begitu kompleks.
Setelah keluar dari gerbang sekolah siswa itu merasa kembali ke zona nyaman ini lah yang menjadi "bahaya" dalam dunia pendidikan. Makanya jangan salah guru itu berulangkali menyampaikan, menekankan hal yang sama dan justru membuat siswa yang mendengar berpandangan negatif atau membosankan.
Apa yang telah dibelajarkan di sekolah tidak serta merta diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berasa bahwa pendidikan itu belum begitu penting dalam benak anak-anak kita. Maka dari itu dipandang perlu dalam peduli pendidikan seperti:
- Orang tua siswa wajib mengetahui kurikulum atau program unggulan sekolah anaknya sehingga orang tua mengetahui perubahan karakteristik anaknya.
- Pemerintahlah lebih awal membuat berbagai kebijakan tentang outcome pendidikan atau sebaliknya diawali lewat data di sekolah yang secara riil.
- Jika sekolah ciptakan perubahan harus bersinergi dengan pemerintah kemudian terbentuknya komitmen dalam cakupan luas.
Dengan 3 hal sederhana itu maka barulah hakekatnya belajar untuk hidup itu terpenuhi dan akibat belajarlah kita bisa atasi masalah dalam kehidupan dengan menghasilkan berbagai solusi atasi permasalahan yang nyata. Karena yang mudalah menjanjikan masa depan bangsa.