A. Latar Belakang
Mewujudkan ekosistem sekolah yang nyaman dan aman bagi murid dalam belajar tentu perlu adanya budaya. Budaya merupakan Suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. Sehingga dipandang penting dalam membangun sebuah budaya di lingkungan sekolah.
Cenderung yang terjadi dilapangan bahwa
tidak sedikit guru dalam mendisiplinkan murid menggunakan hukuman atau
penghargaan. Peristiwa ini tentu cara mudah dilakukan guru tanpa
mempertimbangkan kemerdekaan murid dalam cakap memerintah diri sendiri. Karena
perilaku tersebut mampu cepat menyelesaikan masalah namun tidakan yang
dilakukan sesunguhnya tidak tepat. Sehingga dalam kasus diperlukanlah disiplin
positif dalam menumbuhkan budaya positif. Disiplin positif adalah konsep yang
menjadi unsur utama dalam terwujudnya budaya positif yang dicita-citakan oleh
semua sekolah.
Membangun budaya positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Sebagai guru tentunya memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan lingkungan yang positif. Langkah awal yang dilakukan dalam menumbuhkan budaya positif adalah dengan membuat keyakinan kelas antara guru bersama murid. Dibutuhkan nilai keyakinan karena mampu mendukung motivasi intrinsik, kembali kenilai-nilai/keyakinan-keyakinan lebih menggerakkan seseorang dibandingkan mengikuti serangkaian peraturan-peraturan. Keyakinan kelas tersebut selalu berpihak kepada murid, salah satu yang diyakini adalah 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun). Nilai ini diharapkan mampu mewujudkan sekolah ramah anak dengan menjalin kolaborasi antara sesama warga sekolah yang haromonis.
B. Tujuan
- Menerapkan strategi disiplin positif yang memerdekaan murid untuk menciptakan ekosistem sekolah aman dan berpihak pada anak
- Menyusun langkah-langkah dan strategi aksi nyata yang efektif dalam mewujudkan kolaborasi dengan komunitas praktisi di sekolah agar tercipta budaya positif yang dapat mengembangkan karakter murid.
C. Tolok Ukur
Adanya nilai yang telah diyakini antara guru dan murid. Tumbuhkan budaya positif tentu dibutuhkan komitmen dan konsistensi dalam menjalankan keyakinan kelas yang telah disepakati. Guru dalam hal ini menjadi teladan dalam implementasi tumbuhnya budaya positif pada murid. Saat menjumpai murid yang mengalami penyimpangan dari apa yang telah diyakini guru hendak menyelesaikan kasus tersebut dengan menerapkan segitiga restitusi.
D. Linimasa
Kegiatan ini dimulai dengan melakukan sosialisasi tumbuhkan budaya positif pada diri kepada guru-guru dalam komunitas praktisi dan kepada murid. Selanjutnya guru membangun diskusi kelas dalam menyusun nilai keyakinan melalui kesepakatan bersama. Melakukan pendalaman keyakinan berdasarkan hal terdengar, terlihat, dan berperilaku dari nilai keyakinan yang telah disepakati. Setelah terdapat kesepakatan kelas guru dan peserta didik menandatangani kesepakatan kelas tersebut. Jika terjadi penyimpangan terkait nilai yang telah diyakini guru menerapkan segitiga restitusi dalam meyelesaikan masalah.
E. Dukungan
- Kepala sekolah memberikan dukungan dan umpan balik serta penguatan terhadap implementasi dalam menumbuhkan budaya positif.
- Rekan sejawat memberikan dukungan dalam koordinasi, memberikan umpan balik, melakukan refleksi dari hasil evaluasi dan menjadi teladan dalam implementasi budaya positif.
- Peserta didik berkomitmen dan konsisten terhadap keyakinan kelasnya.
F. Refleksi
Melalui kegiatan berbagi prakti yang dilakukan oleh CGP tentu mampu memberikan pandangan, pemikiran serta perilaku baru terhadap komunitas praktisi di sekolah. Sebagai guru dalam membangun relasi dengan murid salah satunya yaitu membiasakan membangun kesepakatan kelas bersama dengan mendengarkan keinginan murid. Mewujudkan hubungan yang harmonis dengan warga sekolah melalui buaya 5S dan perubahan perilaku ke arah yang positif pada murid terutama dalam berkomunikasi, berkolaborasi dan berkontribusi dalam kegiatan proses belajar di sekolah.
G. Dokumentasi